Pembangkit listrik tenaga angin dibangun di Bantul

JOGJA- Perusahaan energi dari Amerika Serikat bakal membangun pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 50 Mega Watt (MW) di wilayah pantai selatan Bantul. Investasi bernilai triliunan rupiah itu bakal mulai dikerjakan paling lambat awal tahun depan.

Staf Ahli Bupati Bantul Bidang Ekonomi dan Keuangan Partogi Dame Pakpahan kepadaHarian Jogja, Rabu (24/10) menuturkan, pembangkit listrik yang memanfaatkan angin di pantai selatan itu bakal digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi listrik bagi industri-industri di Bantul dan Kulonprogo. “Semuanya nggak cuma di Bantul tapi juga Kulonprogo. Letaknya di sekitar pantai Pandansimo,” terang Partogi.

Saat ini, studi kelayakan investasi yang diperkirakan mencapai trilunan rupiah itu telah selesai. Tahun ini peletakan baut pertama pembangunan pembangkit listrik rencana akan dimulai dan paling lambat awal tahun depan sudah dikerjakan. “Tahun ini rencananya peletakan batu pertamanya, paling lambat awla tahun depan. Besok pagi ini kami akan rapat intens memanpatkan konsep bagaimana pengembanganya ke depan. pembangunan diperkirakan tiga tahun setelah itu bisa beroperasi,” ujarnya.

Partogi menambahkan, mau tak mau ke depan Bantul harus sudah mengarah sebagai daerah industri bila hendak menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau pendapatan masyarakat. Saat ini, industri yang sudah ada di Bantul seperti textil, sarung tangan kulit juga industri rumah tangga seperti gerabah, batik akan dikembangkan lebih besar lagi. Untuk antisipasi kebutuhan energi listrik telah disiapkan pembangkit listrik dari tenaga angin. Mengingat wilayah selatan DIY mendapat limpahan angin yang banyak dari Samudera Hindia. “Yang penting keberadaan industri ini tidak melupakan keindahan lingkungan juga harus sesuai tata ruang untuk ekonomi dan budaya yang sudah ada,” tuturnya.

Terpisah Ketua Jogja Investment Forum (JIF) KGPH Hadiwinoto menyatakan, Bantul dan Kulonprogo dapat bersinergi dalam pembangunan ekonomi lewat suplai energi listrik tersebut. Masuknya investor tersebut menurutnya bukan semata karena ada rencana tambang pasir besi atau bandara baru di Kulonprogo namun memang sengaja dipersiapkan bila ke depan DIY akan membangun lebih banyak lagi industri. “Minimal (listrik 50 MW) untuk Bantul dan Kulonprogo. Kalau butuh parik pengalengan ikan, pabrik es, SPBU kan sudah ada sumber listriknya,” ungkap Gusti Hadi sapaan akrabnya.

Gusti Hadi menambahkan, saat ini JIF tengah berupaya untuk menarik sebanyak mungkin investor menanamkan modalnya di wilayah selatan agar pertumbuhan ekonomi lebih merata. “Kalau di selatan ini memang lebih susah karena letaknya tidak strategis. Kalau di utara kan, orang dari Magelang saja bisa lewat,” tandasnya. (Harian Jogja/Bhekti Suryani)