oleh Griya
Kamis, 29 November 2012
JAKARTA: Berkantor di rumah ternyata dapat mengganggu keharmonisan keluarga karena 63% anak-anak atau keluarga menuntut perhatian lebih sehingga hal itu dapat memengaruhi konsentrasi dan produktivitas bekerja.
CEO Regus Asia Filipo Sarti mengatakan bekerja dari rumah jelas dapat memengaruhi konsentrasi dan produktivitas. Pekerja Indonesia yang memiliki kantor di rumah memang terkesan sebagai pilihan yang populer dan praktis. Alasan mereka adalah ingin menghemat waktu perjalanan dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk kehidupan pribadi mereka.
“Kenyataannya, berbeda dari keinginan mereka. Lebih dari enam dari 10 orang mengatakan mereka sering terganggu dengan anak-anak atau keluarga menuntut perhatian lebih,” kata Sarti. Jumat (23/11/2012).
Tak hanya tuntutan perhatian dari keluarga yang dapat memengaruhi konsentrasi dan produktivitas, namun berdasarkan survei 63% koneksi internet yang lemah atau tidak dapat diandalkan dan 61% kesulitan mengakses peralatan kantor juga menjadi masalah bagi pekerja di rumah.
Selain itu, ada isu-isu kesehatan yang terkait dengan survei berkantor di rumah 13% mengeluhkan postur tubuh yang buruk karena pengaturan tempat bekerja.
“Satu dari 10 responden kami mengeluhkan bahwa postur mereka dipengaruhi oleh improvisasi pengaturan kantor di rumah. Postur tubuh yang buruk dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius seperti cedera regangan berulang bagi individu,” kata Sarti.
Sarti menambahkan ada laporan dari pekerja rumahan yang merasa kesepian, terasing, dan terputus hubungan dari rekan-rekan mereka.
Lingkungan bekerja yang dekat dengan lingkungan rumah bisa menjadi alternatif karena dapat menciptakan citra professional, memperbaiki produktivitas secara keseluruhan, dan menjamin promosi pekerja.
Hal tersebut merupakan hasil utama dari survei berdasarkan wawancara dengan lebih 24.000 orang pebisnis di lebih 90 negara pada bulan September 2012.(Antara/ems)