JAKARTA: Bisnis plywood dan kayu gergajian dianggap kian tak menggiurkan. Realisasi ekspor terus merosot, sementara harga kayu lapis tak kunjung membaik.
Ketua Ahli Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Nanang Rofandi mengungkapkan pelaku industri plywood dan sawn timber harus menerima kenyataan tengah mengalami crash landing. Sejumlah penggiat usaha kayu lapis, utamanya, kembang-kempis bertahan di tengah terjangan krisis Eropa dan Amerika Serikat.
Harga plywood saat ini hanya dibanderol rata-rata US$ 500 per meter kubik. Sepanjang semester I tahun ini, volume ekspor plywood hanya mencapai 966.427 meter kubik senilai US$ 523,14 juta, atau turun 10% ketimbang pencapaian tahun lalu.
“Harus ada langkah besar untuk membangkitkan industri ini, terutama dalam memastikan pasar dan ketersediaan bahan baku,” ucap Nanang kepada Bisnis hari ini, (22/10).
Kelangkaan bahan baku menjadi hambatan paling dominan bagi pelaku industri kayu lapis. Penutupan lahan kawasan hutan tanaman seluas 2,82 juta hektar tahun lalu sontak menumbangkan 140 pabrik yang sebelumnya mampu memproduksi 150.000—190.000 m3 kayu lapis setiap tahun.
Bahkan, pemain besar seperti Sumalindo pun memutuskan untuk berhenti beroperasi akibat kesulitan keuangan dan kekurangan modal kerja. Sumalindo juga belum menuntaskan rencana kerja usaha (RKU) berbasis inventarisasi hutan menyeluruh berkala (IHMB) sesuai ketentuan yang diwajibkan oleh Kementerian Kehutanan.
Nanang menilai pasokan bahan baku industri plywood kian sulit karena kelangkaan suplai kayu hutan alam terutama kayu meranti. Selama ini, sejumlah perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH) tidak dapat memanen akibat skala ekonomi usaha yang tidak menguntungkan karena jatah produksi tahunan yang terlalu kecil.
Nanang berharap pemerintah sigap membidani kebijakan yang merangsang pertumbuhan pasar industri kehutanan. Menurut Nanang, satu-satunya cara untuk menggairahkan kembali bisnis kehutanan pada umumnya yakni dengan mencabut larangan ekspor kayu log dan gergajian.
“Faktanya, hanya Indonesia yang memberlakukan 100% banned ekspor log. Bandingkan dengan industri kehutanan Malaysia yang tetap sukses karena tahu betapa krusialnya ekspor log,” jelasnya.
Sekretaris Perusahaan PT Sumalindo Lestari Jaya Hasnawiyah Kono mengungkapkan hingga bulan ini perusahaan belum siap beroperasi kembali. Padahal, Sumalindo sempat mematok target dapat kembali berproduksi sebelum akhir tahun.
Seperti diketahui, Sumalindo terpaksa menutup pabrik karena produktivitas plywood Sumalindo terus merosot karena hanya mampu mempoduksi 15%—20% dari kapasitas terpasang yang mencapai 200.000 meter kubik. Minimnya produksi membuat perusahaan tidak mampu memaksimalkan potensi penjualan dari sejumlah pesanan.
Menurut Hasnawiyah, pihaknya terus berupaya mencari dan mengusahakan alternatif tepat dan cepat agar segera mendapatkan modal kerja. Pada strategi awal, keberlangsungan core bisnis plywood akan sangat ditentukan dari pengesahan rencana kerja tahunan (RKT) dan perpanjangan izin konsesi hutan alam. (25)
Griya190.com, SOLO – Jika investor membeli properti yang tertekan, salah satu jalan keluarnya yakni melakukan…
Griya190.com, SOLO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mewajibkan para pengembang menggunakan produk…
Griya190.com, SOLO – Jika kamu sudah berniat menjual rumah pada waktu dekat, maka kamu perlu…
Griya190.com, SOLO – Demi mendukung pemulihan sektor properti khususnya perumahan, pemerintah menggagas beberapa cara. Salah satu…
Griya190.com, SOLO – Feng shui atau kepercayaan pengoptimalan energi positif dari unsur bumi, ternyata dapat…
Copyright © 2019 Griya190.com. All rights reserved.