oleh Griya
Minggu, 2 Desember 2012

JAKARTA — Australia mulai dilirik orang kaya Indonesia sebagai negara tujuan investasi properti karena memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dan harga yang masih rendah.
Country Director Ray White Indonesia Johann Boyke Nurtanio mengatakan investor yang semula berinvestasi properti di Singapura dan Malaysia mulai memindahkan portofolio investasi mereka ke Australia.
“Australia memiliki kondisi perekonomian yang kuat dan yield [imbal hasil] yang lebih tinggi dibandingkan Singapura dan Malaysia, harga properti juga masih rendah. Ini yang menyebabkan orang kaya Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melirik Australia sebagai tempat berinvestasi properti,” kata Johann, Jumat (30/11).
Johann membandingkan investasi properti di Singapura, dengan harga properti yang sudah cukup tinggi, investor hanya mendapatkan yield yang rendah atau negatif karena angsuran yang dibayarkan cukup tinggi. Ditambah, lanjut Johann, dengan adanya perubahan peraturan pajak stamp duty [materai] di Singapura.
Sebelumnya, pemerintah Singapura memberlakukan peraturan bahwa properti yang dibeli sejak 14 Januari 2011 akan terkena pajak stamp duty berturut-turut 16%, 12%, 8%, dan 4% untuk penjualan kembali dalam jangka waktu satu, dua, tiga, dan empat tahun setelahnya.
“Membeli properti di Australia cukup menguntungkan bagi investor, karena mereka hanya membayar uang muka 10%, sisanya akan dibayarkan pada saat bangunan itu sudah jadi,” imbuhnya.
Iwan Sunito, CEO Crown International Holdings Group, pengembang asal Australia, menuturkan pembeli orang Indonesia di proyek yang dikembangkannya bertumbuh hingga 30% dalam 4 tahun belakangan.
“Dalam 4 tahun terakhir, orang kaya Indonesia yang berinvestasi bertumbuh 30%. Sebagian berasal dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, dan lainnya,” utur Iwan.
Menurutnya, alasan utama orang Indonesia membeli properti di Australia selain kedekatan lokasi yakni karena anaknya sekolah, mendapat pekerjaan, dan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang cukup pesat.
Menurutnya investasi hunian di Sydney menawarkan yield mencapai 33% per tahun dan kenaikan nilai tukar Dollar Australia terhadap Rupiah yang meningkat serta kenaikan capital gain per tahun.
“Sydney merupakan tujuan sekolah bagi orang Asia, sekitar 50% yang sekolah disana berasal dari Asia, termasuk Indonesia. Saat ini, investor terbesar pembeli properti di Australia berasal dari China, Malaysia, Indonesia,” ungkapnya.
Head of Major Client Relations Austalasian Region Crown Group Prisca Heprana menuturkan tingkat hunian (okupansi) di Sydney mencapai 99%. “70% pembeli dari Indonesia merupakan investor. Mereka biasanya menggunakan uang sewa untuk membayar cicilan bank,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, Crown Group menawarkan produk properti di Sydney senilai Rp10 triliun kepada masyarakat segmen menengah atas Indonesia. Produk tersebut terdiri dari tiga proyek, yakni Top Ryde City Living, Viking by Crown, dan V by Crown.
“Top Ryde City Living merupakan 7 menara apartemen dengan investasi Rp4,5 triliun, Viking by Crown setinggi 9 lantai dengan investasi Rp2,5 triliun, dan V by Crown senilai Rp3 triliun. V Crown terdiri dari 504 unit apartemen mewah yang kami tawarkan dengan harga Rp3 miliar hingga Rp10 miliar per unit,” jelasnya. (faa)